Kopi Puntang: Dari Lereng Gunung Menuju Dunia

Ayi Sutedja, seorang pria berusia 57 tahun, memainkan peran penting dalam meluncurkan Kopi Puntang ke panggung global. Pada tahun 2016, Ayi memperkenalkan biji Kopi Puntang jenis arabika ke ajang Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo

Kopi Puntang: Dari Lereng Gunung Menuju Dunia
Kambang memanen kopi jenis Arabica yang ditanam di lereng gunung Bromo di desa Taji, Jabung, Malang. Antara foto/Ari Bowo Sucipto

Indonesia, dengan segala kekayaan alamnya, dikenal sebagai salah satu negara produsen kopi terbesar di dunia. Di tengah potensi pasar yang luas, muncul peluang besar bagi masyarakat untuk berwirausaha dalam industri kopi. Salah satu kisah sukses yang mencuri perhatian adalah perjalanan Kopi Puntang, yang kini dikenal secara internasional.

Ayi Sutedja, seorang pria berusia 57 tahun, memainkan peran penting dalam meluncurkan Kopi Puntang ke panggung global. Pada tahun 2016, Ayi memperkenalkan biji Kopi Puntang jenis arabika ke ajang Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo melalui Kementerian Perdagangan. Keberanian ini membuahkan hasil, dengan Kopi Puntang meraih gelar kopi termahal di acara tersebut, seharga 55 dolar AS per kilogram. Skor 86,25 yang diperoleh dari Q-Grader, seorang profesional yang terlatih di Coffee Quality Institute, menegaskan kualitas tinggi kopi ini.

Di tahun 2020, Kopi Puntang kembali menorehkan prestasi di kontes kopi internasional di Prancis yang diikuti oleh Anomali Kopi. Kopi kebanggaan dari Jawa Barat ini berhasil meraih medali perunggu, yang menandai mulai dikenal luasnya Kopi Puntang di kancah dunia. Pesanan biji Kopi Puntang pun mulai mengalir dari Eropa hingga Amerika.

Awalnya, pohon kopi di lereng Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, hanya digunakan sebagai pembatas kebun sayuran oleh warga setempat. Tidak ada perkebunan kopi khusus atau petani yang mengelola komoditas ini. Baru dalam beberapa tahun terakhir, Kopi Puntang mulai dikenal sebagai kopi organik dengan kualitas unggul, berkat beberapa faktor unik. Tanah humus di ketinggian 1.400 mdpl, suhu yang tidak melebihi 20 derajat, dan benih kopi Sunda berkontribusi pada rasa khas Kopi Puntang.

Proses pengolahan Kopi Puntang melibatkan tiga metode berbeda. Pertama, proses natural, di mana buah kopi yang telah matang dijemur langsung. Kedua, proses semi wash atau honey, yang melibatkan pencucian, pengulitan, dan penjemuran buah kopi. Ketiga, proses full wash, yang mencakup pencucian, pengulitan, fermentasi, dan penjemuran.

Kini, kaki Gunung Puntang telah menjadi salah satu destinasi wisata populer bagi pencinta kopi. Banyak wisatawan datang ke daerah ini hanya untuk menikmati kopi fenomenal tersebut. Ketenaran Kopi Puntang juga telah menginspirasi generasi muda di Bandung Selatan untuk mencoba bertani kopi dan memulai usaha di bidang ini.

Perjalanan Kopi Puntang dari lereng gunung hingga pasar global mencerminkan potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam industri kopi, serta bagaimana dedikasi dan inovasi dapat mengubah sebuah komoditas lokal menjadi produk yang dicintai dunia.

Ikuti Nusapaper.com di Google News untuk mendapatkan berita terbaru.