Mengenal Upacara Ritual Ma'mapas Lewu Ma'arak Sahur Palus Manggantung Sahur Lewu di Kalteng

Upacara ini merupakan kisah tentang nilai-nilai adat dan budaya masyarakat Dayak yang terus hidup dan berkembang dengan sangat kaya.

Mengenal Upacara Ritual Ma'mapas Lewu Ma'arak Sahur Palus Manggantung Sahur Lewu di Kalteng
Salah satu prosesi Ritual Ma'mapas Lewu Ma'arak Sahur Palus Manggantung Sahur Lewu .

Palangka Raya - Di balik kehidupan modern yang semakin maju, masyarakat Kalimantan Tengah (Kalteng) masih memegang teguh tradisi dan adat budaya turun-temurun dari nenek moyang mereka. Salah satu adat budaya yang dilakukan setiap tahunnya adalah Upacara Ritual Ma'mapas Lewu Ma'arak Sahur Palus Manggantung Sahur Lewu di Kalteng. Upacara ini merupakan kisah tentang nilai-nilai adat dan budaya masyarakat Dayak yang terus hidup dan berkembang dengan sangat kaya.

Melalui upacara ini, masyarakat dapat melihat pemeliharaan tradisi yang dipadukan dengan nilai-nilai spiritual dan persatuan. Ritual-ritual yang diadakan dalam upacara ini mengingatkan pada sejarah warisan dan cerita nenek moyang. Hal ini menjadi pengingat penting bahwa kearifan lokal juga terus hadir dan menjadi inspirasi bagi masyarakat dalam era modern ini. Upacara Ritual Ma'mapas Lewu Ma'arak Sahur Palus Manggantung Sahur Lewu ini merupakan wujud nyata bahwa adat budaya harus terus menerus dilestarikan dan menjadi warisan yang tak tergantikan.

Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng, melalui Prada LKDR, menjelaskan bahwa upacara ini memiliki arti dan makna penting bagi masyarakat setempat. Pertama, upacara ini dimaksudkan untuk membersihkan wilayah atau daerah dari pengaruh buruk baik dari manusia maupun roh jahat yang mungkin mengancam kehidupan masyarakat. 

“Upacara ini juga merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan permohonan untuk selalu dijaga dan dilindungi dari hal-hal buruk,” ujar Prada, Minggu (31/12).

Tidak hanya sebagai ungkapan syukur dan doa, upacara ini juga merupakan persembahan atas anugerah Tuhan yang berupa alam terbangun. Masyarakat Kalteng merasa perlu untuk membayar atas penggunaan dan pemanfaatan alam tersebut dengan cara menggelar Upacara Ritual Ma'mapas Lewu Ma'arak Sahur Palus Manggantung Sahur Lewu sebagai bentuk penghargaan dan rasa tanggung jawab kepada lingkungan sekitarnya.

Adat istiadat seperti Upacara Ritual Ma'mapas Lewu Ma'arak Sahur Palus Manggantung Sahur Lewu juga merupakan wujud kebersamaan seluruh masyarakat Kalteng dalam menjunjung tinggi filsafat Huma Betang dan prinsip Belom Bahadat yang menjadi ciri khas adat budaya masyarakat Dayak. 

“Dalam kerangka negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), upacara ini menjadi upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan kekayaan adat budaya masyarakat Dayak kepada dunia,” imbuhnya.

Walaupun di era modern, masyarakat seringkali melupakan asal-usul dan akar budayanya, Adat istiadat seperti Upacara Ritual Ma'mapas Lewu Ma'arak Sahur Palus Manggantung Sahur Lewu tetap menjadi pesan dalam botol yang menyimpan nilai-nilai penting yang harus dipelihara dan dilestarikan dari generasi ke generasi. 

“Kita harus mengapresiasi dan menghargai adat budaya yang menjadi warisan kita dari nenek moyang. Kita semua sebagai bagian dari generasi muda harus menjadi pelopor dalam melestarikan dan menghargai keberagaman budaya, sehingga kekayaan budaya yang ada dapat tetap terjaga, dihargai, dan diwariskan kepada generasi selanjutnya,” pungkasnya.

Ikuti Nusapaper.com di Google News untuk mendapatkan berita terbaru.