RPJMN: Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kalteng

Tahun 2023, semua Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah menjadi Lokus Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

RPJMN: Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kalteng
Kepala Dinas Kesehatan Kalteng, Suyuti Syamsul

Palangka Raya - Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kalteng, Suyuti Syamsul, kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi, dan lima Provinsi penyumbang 50% kematian ibu dan bayi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Sulawesi Selatan. Sedangkan sepuluh provinsi dengan persentase kematian ibu dan bayi tertinggi yaitu Aceh, Papua, Sulawesi Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Bali, dan Sulawesi Tengah.

Oleh karena itu, di tahun 2023, semua Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah menjadi Lokus Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

"Beberapa penyebab kematian ibu yaitu perdarahan (34%), hipertensi dalam kehamilan (16%), gangguan sistem pembuluh darah (6%), infeksi (2%), gangguan metabolik (2%), Covid-19 (23%), dan penyakit lainnya (13%). Dari hasil analisis data, tempat kejadian kematian ibu sebanyak 56% terjadi di RSUD, 24% terjadi di rumah, 15% terjadi di perjalanan saat dirujuk ke RSUD, dan ada 5% kematian di Puskesmas," jelas Suyuti, Kamis (16/11).

Lebih lanjut disampaikan Suyuti dalam pencapaian target proyek prioritas dalam RPJMN sampai dengan tahun 2024 baik untuk percepatan penurunan AKI sebesar 183/100.000 KH dan juga penurunan AKB sebesar 16/1.000 KH, maka melalui kegiatan AMP-SR ini diharapkan mampu menghasilkan analisis mendalam untuk mencari akar permasalahan dan rekomendasi atau solusi baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang yang dapat dilakukan sebagai respon untuk menjawab masalah yang terjadi.

Ia menambahkan, data agregat hasil Pengkajian AMP-SR secara nasional berbanding lurus dengan data agregat hasil Pengkajian AMP-SR Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah, bahwa kontribusi penyebab kematian ibu dan bayi salah satunya terjadi karena keterlambatan dalam deteksi dini masalah kesehatan dan tata laksana/pertolongan yang adekuat. 

"Selain itu, juga masih banyak kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak layak hamil dengan masih tingginya angka kejadian jumlah kehamilan risiko tinggi, termasuk Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan kehamilan dengan 4 Terlalu (Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu dekat dan Terlalu banyak)," pungkasnya.

Ikuti Nusapaper.com di Google News untuk mendapatkan berita terbaru.